Tradisi saprahan di Kalimantan Barat ialah tradisi makan bersama yang mempunyai filosofi.
Sebagai stradisi yang sering terselenggara dalam acara keluarga dan keagamaan, saprahan terdapat nilai-nilai baik dalam kehidupan.
Kebersamaan, gotong royong, dan ajaran agama Islam lainnya ada pada tradisi yang lebih kental sebagai tradisi memuliakan tamu.
Di Kalimantan Barat, tradisi ini ada di Kabupaten Bengkayang, Sambas, Mempawah, Singkawang, dan Pontianak.
Namun, tradisi saprahan di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sambas lebih menarik dari daerah lainnya.
Apa yang membuatnya menarik?
Simak, yuk!
Baca Juga: Silat Pengantin Melayu: Tujuan dan Formasi Gerakan
Apa itu tradisi saprahan?
Saprahan ialah tradisi menjamu tamu pada berbagai acara keluarga dengan cara menghidangkan berbagai menu masakan.
Di Kabupaten Sambas, tradisi ini berlangsung dengan melibatkan enam tamu yang posisi duduknya melingkari saprahan.
Posisi duduk ini diambil dari bahasa Arab, safrah, berarti bundar atau melingkar.
Tradisi yang sangat kental dalam kehidupan masyarakat suku Melayu di Kabupaten Sambas tidak lepas dari ajaran Islam.
Fakta tradisi saprahan di Kalimantan Barat
Tradisi yang unik dan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia yang ada di Kabupaten Sambas ini pun memiliki lima fakta unik.
Ada sejak kerajaan Sambas Islam
Fakta pertama, tradisi saprahan bukan sebuah tradisi asli yang ada sejak dulu. Melainkan sebagai tradisi yang ada pada masa kerajaan Sambas Islam masuk.
Pasalnya, semulanya Sambas adalah daerah kerajaan Hindu.
Namun, sejak beralih menjadi kerajaan Sambas Islam, hampir setiap aspek kehidupan masyarakat mengalami perubahan.
Dan sebagai munculah salah satu tradisi sejak masuknya kerajaan Sambas Islam sampai sekarang, tradisi saprahan.
Baca Juga: Tradisi Tepung Tawar Melayu: Tujuan, Bahan, dan Prosesi
Selalu ada pada acara keluarga
Fakta kedua, tradisi saprahan lebih dikenal sebagai tradisi untuk menjamu tamu di berbagai acara keluarga di Sambas.
Syukuran, khataman, pernikahan atau tahlilan ialah acara keluarga yang mengundang saudara dan tetangga dan dijamu dengan menu saprahan.
Menu makanan di tradisi saprahan di Kalimantan Barat
Untuk menjamu tamu yang datang pada acara keluarga di rumah, umumnya menu yang terhidangkan menyesuaikan. Atau lebih kepada kemampuan dari pihak keluarga yang menyelenggarakan acara.
Pada acara-acara keluarga tertentu yang begitu penting dan besar, menu saprahan pada hari H bisa berupa menu daging dan sayur terong.
Berikut menu saprahan khas Sambas Kalimantan Barat:
- masak putih kari ayam atau sapi,
- semur daging ayam atau sapi,
- sambal goreng hati dan kentang
- ayam goreng,
- pacri nenas atau terong,
- telur asin, dan
- acar.
Semua menu masakan tersusun di atas kain saprah berukuran 1×1 m.
Tepat di tengah-tengah kain ada pinggan saprah tempat nasi yang dikelilingi oleh lauk pauk.
Baca Juga: Tradisi Baayun Maulid Masyarakat Banjar
Lebih khas dari daerah otonom lainnya
Fakta selanjutnya adalah tradisi saprahan di Sambas berbeda dari daerah lainnya.
Sehingga tradisi saprahan di Sambas lebih khas.
Selain di Kabupaten Sambas, tradisi saprahan juga ada di daerah otonom Kalimantan Barat lainnya, Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang.
Demikian pula dengan Mempawah dan Potianak.
Namun, saprahan di Sambas adalah satu-satunya daerah dengan posisi duduk tidak memanjang.
Filosofi tradisi saprahan di Kalimantan Barat
Nah, fakta terakhir sebagai tradisi yang ada sejak kerajaan Sambas Islam, saprahan di Sambas memiliki filosofinya tersendiri.
Lambang Rukun Iman dan Islam
Dalam tradisi saprahan di Sambas, satu saprah terdiri dari enam orang yang duduk melingkar.
Enam orang yang melingkari saprah melambangkan jumlah unsur keyakinan dalam Rukun Iman.
Sedangkan lima menu masakan yang tersaji di atas kain saprah 1×1 m melambangkan unsur keislaman yang ada dalam Rukun Islam.
Kebersamaan
Duduk melingkar melambangkan rasa kebersamaan dan kegotong royongan. Ini seperti filosofi “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”
Memuliakan tamu
Sering terselenggara untuk menjamu tamu pada acara-acara keluarga seperti tahlilan, pernikahan, dan khitanan, saprahan kental dengan ajaram agama.
Terlebih, Kabupaten Sambas yang sebagian besarnya ialah orang-orang dari suku Melayu.
Maka, ajaran Islam menganut pada apa yang diajarkan Rasulullah SAW, memuliakan tamu.
Demikian uraian singkat mengenai tradisi saprahan di Kalimantan Barat sebagai salah satu warisan budaya takbenda Indonesia yang harus lestari.
Masih banyak informasi menarik dari kebudayaan Indonesia lainnya yang bisa Anda jumpai pada blog ini.
Terlebih, kebudayaan melayu.
Baca Juga: Tradisi Mandi 7 Bulanan Banjar: Perlengkapan & Kepercayaan
Referensi:
Sumber Gambar Unggulan: Warisan Budaya Kemdikbud