Tradisi Mandi 7 Bulanan Banjar: Perlengkapan & Kepercayaan

Estimated reading time: 6 minutes

Dalam tradisi Banjar, prosesi mandi 7 bulanan orang hamil merupakan wujud syukur kepada Allah SWT. Serta untuk meminta kepada Allah SWT agar diberikan keberkahan, kelancaran, dan kesehatan kepada ibu dan calon bayi. Dan berikut adalah serangkaian prosesi, perlengkapan, dan tata cara mandi 7 bulanan menurut adat Banjar.

Sudah ada sejak zaman nenek moyang dan terus ada hingga ke anak cucu sekarang. Tradisi mandi-mandi tak hanya dikenal oleh orang Banjar saja.

Daerah lainnya yang masih mendapatkan pengaruh kerajaan Islam Banjar melangsungkan tradisi ini dengan prosesi atau tahapan yang sama.

Pada umumnya tujuan utama tradisi mandi 7 bulanan adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kesehatan bayi dan calon ibu.

Karena mendapat pengaruh kuat dari ajaran Islam. Prosesi mandi 7 bulanan terselenggara beriringan dengan pembacaan surah al-fatihah ampat, doa barzanji, dan barzanji.

Demikian pula dengan penentuan tanggal mandi hamil 7 bulanan yang berdasarkan perhitungan menurut bulan Islam atau Hijriyah.

Umumnya terlaksana pada akhir bulan, tepatnya pada hari ke-15 sampai dengan hari terakhir di bulan tersebut. Atau bisa pula pada awal bulan kedelapan, tepatnya pada hari pertama sampai dengan hari ke-15.

Setelah menemukan hari pelaksanaan tradisi mandi 7 bulanan berdasarkan perhitungan, maka persiapan pun harus dilakukan.

Baca Juga: Sejarah Penyebaran Islam di Sukamara

Perlengkapan mandi-mandi 7 bulanan berdasarkan tradisi Banjar

Hampir semua perlengkapan mandi 7 bulanan menggambarkan sebuah filosofi dan mitologi yang menjadi kepercayaan masyarakat. Namun, terdapat pula perlengkapan yang hanya terfungsikan sebagai kelancaran ritual.

Andang-andang

Untuk menentukan lokasi prosesi mandi 7 bulanan, orang Banjar memiliki adat tersendiri. Dalam adat Banjar, lokasi prosesi bisa berlangsung di depan atau belakang teras rumah.

Pemilihan lokasi mandi-mandi yang berada di depan rumah, maka harus mempersiapkan andang-andang.

Andang-andang adalah lokasi mandi yang sekelilingnya terdiri dari enam pancang kayu yang tertancap ke tanah dan membentuk empat penjuru.

Sekeliling andang-andang terdiri dari benang kuning atau tali-talian, dan kain-kain perca yang berfungsi sebagai dinding. Demikian pula atap andang-andang yang harus menggunakan kain kuning.

Menurut tradisi mandi 7 bulanan orang Banjar, setiap penjuru terdapat daun-daun kelapa dan mayang-mayangan. Sedangkan alas andang-andang menggunakan pelepah kelapa.

Bunga mayang

Perlengkapan bunga mayang dalam mandi 7 bulanan terdiri dari dua macam, yaitu mayang yang belum mekar dan sudah mekar.

Buah kelapa

Prosesi mandi menggunakan buah kelapa sebanyak tiga buah yang meliputi:

  1. sudah bersih dari kulit satu buah;
  2. buah muda yang masih utuh satu buah; dan
  3. sudah tua dan bertunas satu buah.

Bunga 7 jenis

Bunga sebagai perlengkapan dalam tradisi mandi 7 bulanan menurut adat Banjar terdiri dari tujuh jenis bunga, bukan dari tujuh warna.

Air doa barzanji

Doa barzanji yang sudah terselenggara sebelum ritual mandi-mandi dicampurkan kedalam air bunga yang akan disiramkan kepada kedua pengantin.

Air keturunan

Jika kedua pengantin dari tujuh leluhur atau nenek moyang, maka air keturunan yang digunakan harus tujuh macam.

Tujuh gelas beras dan lilin

Sebanyak tujuh anak berusia tujuh tahun membawa gelas berisi beras dan lilin. Anak-anak ini pun hanya dimaksudkan untuk mengiringi kedua pengantin keluar dari rumah menuju andang-andang.

Gayung

Perlengkapan terakhir dalam tradisi mandi 7 bulanan adalah gayung. Gayung tidak mempunyai filosofi khusus dalam ritual, karena hanya terfungsikan sebagai alat kelancaran acara.

Prosesi mandi

Sebelum prosesi utama berlangsung, pembacaan surah dan doa-doa terlebih dahulu terlangsungkan untuk memohon kelancaran dan keberkahan kepada Allah SWT.

Pembacaan al-fatihah ampat

Istilah al-fatihah ampat merujuk pada pembacaan empat surah utama dalam al-quran, yaitu al-fatihah, al-ikhlas, al-falaq, dan An-nas.

Membaca surah al-fatihah satu kali, al-ikhlas tiga kali, al-falaq satu kali, dan an-nas satu kali. Setelah itu, bisa ditambah dengan membaca surah al-baqarah ayat 1–5, dan ayat kursi.

Pembacaan doa barzanji

Pada rangkaian acara kedua adalah barzanji. Sebelum membaca barzanji dilaksanakan, terlebih dahulu membaca doa barzanji.

Doa berzanji yang telah terbacakan, kemudian ditiupkan ke dalam botol air untuk selanjutnya bercampur dengan air bunga.

Baca Juga: Badudus Adat Banjar: Perlengkapan Mandi & Makna Simbolik

Tata cara mandi 7 bulanan adat Banjar

Acara inti dalam mandi 7 bulanan tradisi Banjar adalah mandi-mandi. Tata cara mandi 7 bulanan pun bermula dari dalam rumah, yakni pengantin duduk di atas lelemek yang berada pada tengah-tengah rumah sambil menunggu aba-aba.

Iring-iringan pengantin menuju andang-andang

Adapun aba-aba yang mengharuskan pengantin keluar dan melaksanakan ritual adalah ketika salawat dibacakan pada saat mahallu al-qiyam.

Dalam perjalanan menuju ke andang-andang, pengantin akan teriringi oleh tujuh orang anak berusiah tujuh tahun yang membawa gelas berisi beras dan lilin. Serta tiga orang bidan kampung yang masing-masing membawa kelapa dan bunga mayang.

Setibanya di andang-andang

Sebelum kedua pengantin duduk pada tempat yang telah tersedia dalam andang-andang. Pengantin dan tiga bidan kampung akan berkeliling andang-andang sebanyak tiga kali. Setelahnya, kedua pengantin duduk bersebelahan.

Saat duduk pengantin perempuan dan laki-laki memangku kelapa. Pengantin perempuan memangku kelapa yang sudah tunas, sedangkan pengantin laki-laki memangku kelapa yang muda.

Setelah itu, bidang kampung membelah mayang yang masih tertutup hingga terbuka di antara kepala kedua pengantin.

Mayang yang sudah terbuka diambil sedikit untuk hiasan di telinga kedua penganting, dan sisa mayang digantungkan pada jendela kamar pengantin.

Pembelahan kelapa

Tahap selanjutnya adalah pembelahan kelapa. Kelapa yang sudah tidak ada kulitnya dibelah dan airnya diminumkan kepada kedua pengantin melalui ubun-ubun.

Jika air kelapa sudah habis, maka kelapa yang sudah terbelah ditempelkan ke perut pengantin perempuan sebanyak tiga kali. Kemudian, bidan kampung akan melempar buah kelapa ke tanah.

Menurut tradisi mandi 7 bulanan Banjar, kelapa yang terbuka dan tertutup melambangkan jenis kelamin calon bayi.

Kelapa yang jatuh ke tanah dalam kondisi tertutup berarti calon bayi berjenis kelamin laki-laki. Namun, jika kelapa yang jatuh dalam kondisi terbuka, maka menurut kepercayaan setempat calon bayi akan berjenis kelamin perempuan.

Tradisi menyiram pengantin dalam mandi 7 bulanan

Pada tahap selanjutnya adalah memandikan kedua pengantin menggunakan air bunga tujuh jenis yang sudah bercampur doa barzanji dan air keturunan.

Namun, sebelum bidan kampung memandikan pengantin, ritual pendahulu adalah mengelilingi pengantin dengan mayang. Lalu, menyemburkan air doa berzanji sebanyak tiga kali. Seiring dengan menyemburkan air doa berzanji, pengantin disiram dengan air tujuh jenis bunga.

Setelah penyiraman selesai, mayang dipukulkan dengan pelan ke kedua pengantin sebanyak tiga kali. Selanjutnya mayang dipukulkan ke gantang yang di atasnya terdapat satu buah kelapa, hingga kelapa tersebut jatuh.

Melangkahi benang kuning

Prosesi terakhir dalam tradisi mandi 7 bulanan menurut orang Banjar adalah melangkahi benang kuning.

Pengantin yang sudah melewati prosesi penyiraman, selanjutnya melaksanakan prosesi melangkahi benang kuning di depannya.

Setelah pengantin melangkahi benang kuning, bidan kampung mengangkat benang kuning hingga melewati kepala kedua pengantin. Proses ini pun berlangsung sebanyak tiga kali.

Benang kuning yang basah akan diperas, lalu airnya diminumkan kepada kedua pengantin melalui ubun-ubun.

Prosesi mandi 7 bulanan adat Banjar pun telah selesai, dan pengantin dapat mengguyur tubuhnya dengan sisa air bunga yang tersedia. Kemudian, mengenakan pakaian kering dan bersih.

Baca Juga: Acara Tasmiyah Banjar: Susunan Acara dan Perlengkapan

Sumber Foto: kikomunal-indonesia.dgip.go.id

Adha Susanto
Adha Susanto

Dengan menulis belajar bahwa tidak ada seorang yang sempurna

Articles: 24