Estimated reading time: 2 minutes
Sejarah penyebaran agama Islam di Sukamara tak terpisahkan dari jalur perdagangan dan pernikahan yang berdampak pula terhadap perkembangan wilayah.
Penyebaran agama Islam dan berkembangnya perkampungan di Sukamara bermula dari kedatangan seorang juragan dari Sungai Kedayan, Brunei Darussalam. Juragan yang bernama M. Thoib bersama keluarganya itu datang ke Sukamara untuk berdagang menggunakan kapal.
Pada sekitar tahun 1835 M, keluarga M. Thoib bersandar ke sebuah wilayah tak berpenghuni di pinggir sungai. Mereka pun mengembangkan wilayah tersebut mejadi pemukiman dan tempat berdagang.
Menurut sejarah penyebaran agama Islam di Kalimantan Tengah yang ditulis oleh seorang peneliti bernama Khairil Anwar. Sukamara adalah wilayah yang masih dalam kekuasaan Raja Kotawaringin dulunya juga menjadi tempat tinggal orang-orang dari Suku Dayak.
Walau masih dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Kotawaringin, penyebaran ajaran Islam di Sukamara masih belum ada. Perkembangan dan penyebaran agama Islam pun bermula dari kedatangan mereka yang tidak hanya berdagang.
Proses penyebaran itu membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dari catatan sejarah berdirinya Sukamara, wilayah yang semula tanpa penghuni ini terbentuk dan tertata melalui kesepakatan antara utusan kerajaan bersama warga setempat.
Dari perkumpulan warga dan utusan kerajaan tersepekati sebuah keputusan terhadap penamaan kampung di tepian sungai yang bernama Jelai Kutabaru. Kemudian, seiring dengan berjalannya waktu perkembangan dan keteraturan penduduk kampug Jelai Kutabaru itu berubah nama menjadi Soekamara.
Baca Juga: Sejarah Singkat Berdirinya Kabupaten Sukamara
Sejarah perkembangan agama Islam dan kampung-kampung di Sukamara
Perkembangan wilayah di bawah kekuasaan Raja Kotawaringin itu pun memanggil para pedagang lainnya yang berasal dari Banjar menuju Soekamara.
Pedagang-pedagang yang berlatar belakang dari berbagai suku itu pun membawa pengaruh terhadap pandangan masyarakat setempat. Mereka yang telah memeluk ajaran Islam menyebarkan kepada masyarakat kampung Soekamara melalui cara pernikahan.
Kemudian, pedagang-pedagang itu pun merasa betah dan nyaman tinggal di Sukamara. Akhirnya mereka memilih menetap dan berdirilah nama kampung baru lainnya, yaitu Mendawai, kampung Padang karena banyak orang dari Padang. Dan kampung Jawa karena hampir semua penduduk yang menghuni kampung itu berasal dari Jawa.
Hingga akhirnya, kampung Sukamara tak terpisahkan dari sejarah perdagangan orang Banjar, Minang, dan Jawa yang menyebarkan Islam.
Demikian pula dengan bahasa dan tradisi masyarakat Sukamara yang kental akan budaya Banjar dengan ajaran Islam.
Nah, itulah sejarah penyebaran ajaran Islam ke Sukamara yang bermula dari aktivitas perdagangan. Kemudian, membentuk keluarga melalui perkawinan beda suku, namun dalam satu agam, yakni Islam.
Baca Juga: Istana Kuning Kerajaan Kotawaringin