Piduduk Adat Banjar: Isi dan Makna

Estimated reading time: 2 minutes

Bagi masyarakat adat Banjar, piduduk menjadi kepercayaan yang sudah ada sejak dulu. Oleh karena itu, piduduk menjadi sebuah tradisi dalam berbagai acara keluarga salah satunya adalah pernikahan.  

Lantas apakah itu piduduk?

Yuk, simak informasi menariknya di artikel ini!

Baca Juga: Tradisi Mandi 7 Bulanan Banjar: Perlengkapan & Kepercayaan

Apa itu piduduk menurut masyarakat adat Banjar?

Melansir dari berbagai sumber ilmiah yang kami dapat, piduduk lebih erat kaitannya dengan sebuah kepercayaan masyarakat setempat.

Pasalnya, piduduk sudah ada dari dulu dan menjadi tradisi.

Untuk itu, keberadaan piduduk menjadi sebuah kegiatan yang dinilai benar, dan harus diturunkan ke generasi selanjutnya.

Sebagai sebuah tradisi yang lekat dalam kehidupan masyarakat Banjar, piduduk bisa kita jumpai hampir pada semua kegiatan acara keluarga.

Acara keluarga yang menggunakan piduduk selain pernikahan adalah pindahan rumah, baayun maulid, dan haulan.

Menurut kepercayaan orang Banjar, piduduk adalah sebuah perantara untuk berkomunikasi kepada makhluk astral dan alam.

Masyarakat menempatkan sebuah piduduk pada sudut-sudut rumah agar selama acara atau hajatan berlangsung tidak mendapat gangguan yang tidak wajar.

Baca Juga:

Isi dan makna piduduk

Jika masyarakat Jawa menyebut sebuah wadah dengan isi kelapa tua, pisang, beras, gula, jarum dan benang, kopi, dan benang sebagai sesajen.

Maka, masyarakat adat Banjar mengenal sebuah wadah dengan isi serupa itu dengan nama piduduk.

Untuk isi piduduk dan sesajen menurut kepercayaan Banjar dan Jawa tidak ada ketetapan.

Pasalnya, masyarakat mengenalnya berdasar kepercayaan, dan ilmu yang didapat dari orang-orang yang telah mewariskannya.

Terlebih, gula habang, beras, kelapa tua, jarum dan benang melambangkan sebuah makna kehidupan yang dipercayai oleh masyarakat Banjar.

Nah, berikut adalah beberapa isi piduduk dan makna yang dipercayai masyarakat Banjar.

Beras

Pangan menjadi kebutuhan dasar kita selama hidup, dan beras adalah bahan pangan utama kita sehari-hari. Menurut masyarakat adat Banjar, beras dalam piduduk melambangkan agar kebutuhan dasar hidup selalu berkecukupan.

Gula habang atau merah

Identik dengan bahan pangan dengan rasa yang manis, gula habang melambangkan terhadap sebuah kehidupan agar berjalan dengan romantis dan manis.

Jarum dan benang

Bahan selanjutnya dalam piduduk dengan makna kehidupan yang disampaikan adalah jarum dan benang. Dalam acara pernikahan, jarum dan benang menjadi lambang agar kehidupan suami istri selalu terikat dan kokoh.

Kelapa tua

Kelengkapan isi lainnya adalah kelapa tua. Menurut masyarakat Banjar, kelapa tua dengan serabutnya menjadi lambang keramaian.

Itulah beberapa isi dan makna yang dipercayai oleh masyarakat Banjar sebagai bentuk penghormatan dan komunikasi terhadap alam dan isinya.

Baca Juga:

Adha Susanto
Adha Susanto

Dengan menulis belajar bahwa tidak ada seorang yang sempurna

Articles: 24