Estimated reading time: 2 minutes
Mulai di hari kedua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha orang Sukamara mengenal kegiatan atau festival betawakan sebagai tradisi. Namun, apakah betawakan benar sebagai sebuah tradisi yang mengandung nilai dan bermanfaat dalam masyarakat seperti yang kita kenal?
Kegiatan saling lempar air atau perang air telah dikenal sebagai kegiatan yang ada sejak zaman nenek moyang hingga anak cucu sekarang. Oleh karena itu, masyarakat mengenal kegiatan ini sebagai salah satu tradisi.
Melansir laman Liputan 6, betawakan adalah sarana hiburan atau festival yang terselenggara di setiap hari raya Islam sebagai sarana silahturahmi masyarakat.
Mengacu pada KBBI, tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih lestari dalam masyarakat.
Dalam tradisi terdapat adat istiadat yang kita kenal sebagai seperangkat nilai atau norma, kaidah, dan keyakinan sosial yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Selain itu, dalam kehidupan masyarakat, adat istiadat mempunyai posisi tinggi, yakni sebagai aturan hidup (living law) dengan nilai-nilai sakral atau suci. Berisi pesan atau pesan yang mengandung nilai instrumental.
Dari uraian di atas, kita peroleh garis besar terhadap suatu kegiatan yang disebut sebagai tradisi, jika:
- kegiatan sudah terlaksana dalam waktu cukup lama,
- bermanfaat, dan
- tidak berubah dalam kehidupan masyarakat.
Apakah festival betawakan patut kita sebut sebagai tradisi masyarakat Sukamara?
Sudah ada sejak zaman nenek moyang dan turun temurun hingga anak cucu sekarang. Kegiatan yang hanya berlangsung saat hari besar Islam ini selalu mengundang perhatian masyarakat, khususnya anak muda.
Secara tak sengaja masyarakat yang menonton festival dapat menjalin silaturahmi kepada teman atau saudaranya yang juga menyaksikan kegiatan tersebut. Terlebih silaturahmi ini pun masih dalam suasana hari raya umat Islam.
Dari dua hal di atas dan berdasarkan kelengkapan sebuah kegiatan dapat kita sebut sebagai tradisi. Festival betawakan Sukamara yang sudah berlangsung secara turun temurun dan menjadi sarana silaturahmi masyarakat saat hari raya. Dapat kita klasifikasikan hampir menjadi sebuah tradisi dalam kehidupan masyarakat.
Mengapa demikian?
Karena tradisi umumnya kita kenal sebagai aturan hidup, kaidah, dan keyakinan sosial yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakat. Nah, pada kegiatan betawakan unsur-unsur tersebut masih belum kita jumpai.
Selain itu, nilai-nilai tradisi dan budaya menjadi kebajikan dasar dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dalam kegiatan atau festival betawakan terlihat lebih cenderung sebagai sarana bermain bagi anak muda di sepanjang Sungai Jelai, Sukamara.
Baca Juga: Sejarah Penyebaran Islam di Sukamara