Tradisi Balimau Kasai dan 6 Bahan yang Memiliki Filosofi

Tradisi balimau kasai adalah tradisi masyarakat melayu Riau untuk menyambut bulan suci ramadan dengan membersihkan diri secara lahir dan batin.

Berdasar sejarahnya, tradisi ini bukan asli tradisi Indonesia. Namun, dari India yang mayoritasnya menganut ajaran agama Hindu.

Bagi masyarakat Kampar, tradisi ini sebagai tradisi campuran Hindu-Islam yang sudah ada sejak Kerajaan Muara Takus.

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan tradisi mandi balimau kasai?

Dalam artikel ini, kita akan mengulas filosofi dan alat dan bahan pada tradisi yang kerap dilangsungkan satu hari sebelum ramadan.

Apa itu tradisi balimau kasai?

Tradisi balimau kasai adalah tradisi masyarakat melayu yang ada di Riau seperti di Kampar untuk menyambut bulan suci ramadan.

Upacara adat ini sudah ada dalam waktu yang lama. Serangkaian prosesi pun memiliki nilai filosofi.

Walau bukan sebagai kegiatan yang disunahkan oleh Rasulullah. Masyarakat Kampar menganggap kegiatan ini sebagai suatu kegiatan sakral.

Serta merupakan acara adat untuk menyambut bulan puasa dengan luapan rasa gembira dan simbol pembersihan diri.

Ini sesuai dengan arti dari “Balimau”, yakni membersihkan diri. Air yang bercampur rebusan limau atau jeruk, rempah-rempah, dan bahan lainnya dicampur menjadi ramuan untuk membersihkan diri.

Sedangkan “Kasai” berarti berlulur dengan bahan-bahan alami seperti beras, kunyit, daun pandan, dan bunga-bunga.

Oleh karena itu, balimau kasai bukan hanya mandi biasa, tapi juga mandi untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.

Baca Juga: Tradisi Baayun Maulid Masyarakat Banjar

Alat dan bahan tradisi

Tradisi balimau kasai sudah berlangsung lama ini sering terlaksana satu hari sebelum bulan suci ramadan. Biasanya dilaksanakan pada sore hari.

Sebagai upacara adat untuk mensucikan diri secara lahir dan batin, dalam pelaksanaannya, alat dan bahan yang juga memiliki filosofi.

Lebih jelasnya, alat dan bahan yang digunakan pada serangkaian prosesi mandi balimau ialah sebagai berikut.

Baju enam warna

Warna-warni baju pada tradisi ini adalah putih, hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu. Setiap warnanya memiliki filosofi tersendiri.

Guci atau kendi

Alat berikutnya dalam ritual untuk membersihkan diri pada tradisi ini adalah guci atau kendi.

persiapan tradisi balimau kasai
Persiapan Tradisi Mandi Balimau Kasai | Media Center Kabupaten Kampar

Guci atau kendi yang digunakan dalam tradisi balimau kasai adalah guci yang berusia ratusan tahun. Pada tradisi ini, guci adalah tempat untuk menyimpan ramuan air yang bercampur limau, rempah, dan bahan lainnya untuk mandi.

Ramuan khusus

Ritual untuk membersihkan diri menggunakan air dan bahan-bahan alami yang membersihkan dan membuat wangi tubuh yang terguyur.

Tidak hanya terdiri dari berbagai bahan alami yang membersihkan dan memberi aroma wangi, air ramuan khusus juga berisi doa dan mantra.

Baca Juga: Tradisi Tepung Tawar Melayu: Tujuan, Bahan, dan Prosesi

Filosofi mandi balimau

Mandi balimau ialah tradisi sakral dan memiliki nilai filosofi bagi masyarakat melayu seperti di Riau.

Selain satu kegiatan yang sudah ada sejak dulu untuk membersihkan diri secara zahir. Mandi balimau juga momentum dalam menjalin silaturahmi warga.

Karena dinilai begitu sakral bagi masyarakat setempat. Tradisi balimau kasai adalah mandi untuk membersihkan diri dengan bahan-bahan yang memiliki filosofi.

Limau

Buah yang khas dengan rasa asam, namun bisa membersihkan bagian tubuh yang kotor, misalnya kuku, memiliki filosofi dalam ritual mandi balimau.

Limau pada tradisi ini melambangkan penguasaan terhadap ilmu sakti sebagai mana penguasaan Akek Pok.

Pinang

Selain limau, campuran pada ramuan mandi balimau juga ada pinang. Buah pinang memiliki filosofi sebagai kesucian batin pendekar sebagaimana Depati Baherein.

Bonglai kering

Bahan selanjutnya pada ramuan mandi balimau adalah bonglai. Bonglai ialah tumbuhan herbal yang mengandung banyak khasiat kesehatan.

Pada tradisi balimau, bonglai memiliki filosofi untuk sikap pemberani, pemberantas jin dan iblis, serta ahli politik.

Kunyit

Satu rempah berikutnya yang merupakan bahan ramuan dalam tradisi mandi balimau kasai adalah kunyit. Kunyit memiliki filosofi bahwa orang yang rajin musuhnya iblis.

Namun, orang yang malas adalah karyawannya iblis.

Mata mukot dan bawang merah

Dua bahan ini melambangkan sifat penurut.

Arang using

Penggunaan arang using sebagai bahan ramuan pada tradisi balimau kasai memiliki filosofi sebagai sifat sabar, pandai menyimpan rahasi, dan kuat dalam jihad fisabilillah.

Selain beberapa bahan dalam ramuan, kain warna-warni yang digunakan pada tradisi ini juga memiliki filosofi sebagai berikut:

  • merah yang berarti panglima,
  • kuning berarti pengrajin,
  • kelabu adalah pemberani,
  • hitam berarti sabar dan penyimpan rahasia, dan
  • putih artinya kesucian.

Itulah dia uraian singkat tradisi mandi balimau yang kerap terselenggara dalam menyambut bulan suci ramadan.

Masih banyak informasi menarik lainnya tentang kebudayaan melayu yang dapat Anda ketahui dengan mudah.

Untuk itu, jangan ragu untuk selalu mengunjungi website ini.

Baca Juga: Tradisi Saprahan di Kalimantan Barat dan 5 Faktanya

Referensi:

Adha Susanto
Adha Susanto

Dengan menulis belajar bahwa tidak ada seorang yang sempurna

Articles: 24