Estimated reading time: 4 minutes
Bagi masyarakat Banjar, badudus atau bapapai adalah upacara mandi-mandi sebelum nikah. Menurut kepercayaan masyarakat adat Banjar, tujuan upacara badudus adalah membentengi pengantin dari segala macam gangguan. Lalu bagaimana jalannya prosesi dan perlengkapan upacara mandi pengantin adat Banjar? Simak uraiannya di bawah ini, ya!
Prosesi mandi-mandi pengantin atau menurut masyarakat adat Jawa dikenal sebagai siraman mempunyai pesan dan tujuan simbolis.
Oleh karenanya, penyelenggaraan ritual atau upacara adat ini tak hanya sekedar mengandung unsur kemewahan belaka.
Berbagai macam perlengkapan dalam prosesi mandi-mandi pengantin tersiapkan mempunyai pesan simbolik dalam kehidupan calon pengantin untuk membina rumah tangga.
Baca Juga: Tradisi Mandi 7 Bulanan Banjar: Perlengkapan & Kepercayaan
Perlengkapan mandi pengantin adat Banjar
Tidak jauh berbeda dengan ritual mandi-mandi tujuh bulanan orang hamil. Prosesi mandi-mandi sebelum nikah menurut adat Banjar terlengkapi dengan bahan sajian khusus yang disebut piduduk.
Piduduk
Kelengkapan piduduk yang menjadi syarat pertama yang harus terpenuhi oleh calon pengantin pada umumnya menjadi sajian bagi roh-roh yang bisa menganggu.
Jika persembahan atau sesajen yang umum kita kenal dalam upacara adat ikut dihanyutkan oleh arus laut atau sungai.
Piduduk sebagai persembahan mandi-mandi adat Banjar tidaklah demikian. Karena, setelah ritual selesai piduduk akan diberikan kepada orang yang bertugas memandikan.
Adapun perlengkapan piduduk dan makna simbolik yang terkandung dalam setiap bahan upacara mandi pengantin adat Banjar adalah sebagai berikut:
- baras bujur (beras),
- baras lakatan (beras ketan),
- nyiur,
- pisang,
- gula habang, dan
- hintalu (telur).
Segala macam bahan dalam piduduk umumnya menyampaikan pesan agar segala hajat yang ingin dilakukan pengantin dalam menjalani kehidupan rumah tangga dapat tecapai. Serta mendapatkan kemudahan, dan terjauhkan dari segala macam keburukan yang timbul dari dalam atau luar diri pengantin.
Bahan dan perlengkapan prosesi siraman
Puncak dari serangkaian prosesi badudus adat Banjar adalah siraman terhadap kedua calon pengantin. Pada prosesi penyiraman membutuhkan perlengkapan di antaranya ialah sebagai berikut:
- tapih,
- mayang,
- banyu doa,
- kambang malati,
- nyiur.
Dari prosesi siraman tersimbolkan sebuah makna agar kedua pengantin dapat menjalani kehidupan baru yang berkah, bahagia, dan terhindar dari segala keburukan.
Bahan berhias setelah mandi
Setelah prosesi siraman badudus adat Banjar selesai, pengantin masuk rumah, kemudian melanjutkan prosesi terakhir, yaitu berhias.
Perlengkapan prosesi berhias adalah sebagai berikut:
- tapih,
- lilin,
- caramin (cermin),
- minyak bamantra,
- bubur putih,
- bubur habang,
- pupur.
Ritual berhias setelah prosesi mandi dimaksudkan sebagai simbol agar kedua pengantin dapat menjalani kehidupan penuh keberkahan, kebahagian, dan keselamatan.
Peralatan upacara badudus
Untuk kelancaran upacara mandi-mandi pengantin adat Banjar dibutuhkan peralatan yang meliputi:
- dadampar (tempat duduk pengantin saat prosesi mandi)
- mangkuk kaca,
- gelas dandang dan baskom kanal,
- poci atau teko,
- tempayan atau guci,
- baskom bersih, dan
- gayung.
Tahapan prosesi upacara badudus adat Banjar
Dari kebiasaan masyarakat adat Banjar, serangkaian prosesi berlangsung satu hari sebelum acara pernikahan.
Jalannya prosesi pun bervariatif, karena didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan yang berkembang di masyarakat.
Serangkaian prosesi yang kami himpun pada artikel ini bersumber dari acara mandi-mandi sebelum nikah Wali Kota Palangkaraya.
Dan berikut serangkaian prosesinya.
Prosesi pertama sebelum ritual badudus dilaksanakan, terlebih dahulu pengantin pria melangsungkan ritual bacukur. Bacukur atau mencukur rambut yang dilakukan langsung oleh ayah dari mempelai pria ini dimaksudkan untuk membuang segala kesialan.
Prosesi siraman pengantin menjadi ritual puncak pada upacara badudus adat Banjar.
Siraman pengantin dapat dilakukan oleh kedua orang tua mempelai atau petugas khusus yang dipilih oleh keluarga. Pelaksanaan siraman berada pada tempat khusus seperti pada ritual pada mandi-mandi 7 bulanan orang hamil.
Pengantin akan mendapatkan siraman sebanyak tiga kali dan mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan, lalu sebelah kiri, dan kepala. Kemudian, penyiraman ke seluruh tubuh sebanyak tiga kali secara bergantian yang diiringi salawat.
Setelah rangkaian prosesi siraman pada upacara adat badudus selesai, mempelai wanita melanjutkan prosesi terakhir, yakni berhias.
Pada prosesi berhias calon pengantin wanita duduk dengan beralaskan tiga lapis tapih (sarung) yang telah tersusun.
Kemudian, calon pengantin berias diri meliputi besisir, memakai minyak dan pupur. Setelah itu calon pengantin dikelilingkan pada cermin dan lilin sebanyak tiga kali oleh sesepuh wanita.
Nah, secara umum, makna ritual upacara badudus adalah pembersihan diri, baik lahir maupun batin dengan tujuan untuk membentengi diri dari berbagai masalah.
Sumber: Media Center Palangkaraya
Baca Juga: Apakah Betawakan Termasuk Sebuah Tradisi di Sukamara?